Che dilahirkan secara prematur di Rosario pada 14 Juni 1928. Sang ayah kemudian memberi nama yang sama dengan dirinya, Ernesto Guevara. Nenek moyang Che dari garis ayah adalah Juan Antonio Guevara. Sedangkan ayahnya adalah keturunan Vieroy Liniers, bangsawan Argentina awal yang berperang melawan diktator Juan Manuel Ramos, tapi gagal dan melarikan diri di pengasingan sekitar tahun 1850 dan berakhir di California.
Sama dengan ayahnya, ibu Che, Celia de la Serna, juga keturunan bangsawan. Che adalah anak sulung dari lima bersaudara. Adik-adiknya yang lain adalah Celia (lahir 1930), Roberto (lahir 1931), Anna Maria (lahir 1932), dan si bungsu Juan Martin (lahir 1941).
Pada usia empat tahun Che diboyong keluarganya ke Kordoba dan tinggal di kota Alta Gracia. Di sinilah Che menghabiskan masa kecilnya. Tapi, tidak seperti kebanyakan anak pada umumnya, Che tidak bisa mengikuti sekolah dasarnya hingga ia berusia tujuh tahun. Penyakit asma yang dideritanya memaksa Che untuk tinggal di rumah. Baru pada tahun-tahun berikutnya Che bisa mengikuti pelajaran di sekolah. Di sinilah, pada usia 11 tahun, debut politiknya tampak dengan mengorganisir kawan-kawannya untuk menyerang setiap lampu tunggal di seluruh kota dengan ketapel. Saat itu para pekerja lampu melakukan pemogokan di seluruh provinsi dan sebuah perusahaan berupaya menyewa orang untuk menghentikannya.
Setelah menyelesaikan sekolah dasarnya, Che pindah ke Kordoba, ibu kota provinsi dengan nama yang sama. Tepatnya pada tahun 1943.
Di kota inilah Che melanjutkan sekolahnya dengan biaya sendiri. Maklum, pada saat bersamaan orang tuanya mengalami kebangkrutan usaha. Tapi, Che merampungkan sekolahnya dengan baik. Pada masa ini aktivitas Che di dalam politik semakin tinggi. Lelaki itu lalu memutuskan bergabung dalam Civico Revolucionario Monteagudo, kelompok anak muda nasionalis yang akhirnya lebih banyak menentang diktator Juan Peron dalam aksi-aksi jalanan ketimbang larut dalam perdebatan-perdebatan politis.
Di kota inilah Che melanjutkan sekolahnya dengan biaya sendiri. Maklum, pada saat bersamaan orang tuanya mengalami kebangkrutan usaha. Tapi, Che merampungkan sekolahnya dengan baik. Pada masa ini aktivitas Che di dalam politik semakin tinggi. Lelaki itu lalu memutuskan bergabung dalam Civico Revolucionario Monteagudo, kelompok anak muda nasionalis yang akhirnya lebih banyak menentang diktator Juan Peron dalam aksi-aksi jalanan ketimbang larut dalam perdebatan-perdebatan politis.
Pada usia 19 tahun, Che melanjutkan sekolahnya ke University of Buenos Aires sebagai mahasiswa paramedis. Menjadi mahasiswa ternyata belum juga mengubah nasib Che. Ia tetap saja harus bekerja untuk biaya kuliahnya. Menjadi penjaga malam, wartawan untuk mingguan ultranasionalis Accion Argentina, dan juru tulis untuk sebuah perusahaan konstruksi.
Pada bulan Maret 1953, Che berhasil menyelesaikan kuliahnya dan mendapatkan gelar Medical Doctor-nya.
Tapi, tidak seperti laiknya dokter, Che sama sekali tidak membuka praktik atau pun bekerja di rumah sakit. Che justru pergi dan melakukan perjalanan kembali seperti pernah dilakukan sebelumnya.
Perjalanan inilah yang di kemudian hari mempertemukan Che dengan Fidel Castro. Tepatnya, pada musim panas 1955 di Meksiko, saat Fidel masih dalam pengasingan. Keterlibatan Che dalam revolusi Kuba dimulai. Che menjadi dokter, meski sejak semula menolak dan menganggap dirinya sebagai pejuang. Memang dalam perjalanan selanjutnya keterlibatan Che bukan hanya sebatas mengobati dan merawat prajurit Castro yang terluka, tapi juga memanggul dan memberondongkan peluru ke pasukan musuh.
Peran Che yang demikian ini telah membawanya ke karier militer pasukan Castro dengan cepat. Setelah tiga tahun bergabung, Che sudah menjadi comandante (mayor, pangkat tertinggi dalam pasukan itu). Sampai kemudian Che memberikan kemenangan terhormat bagi rakyat Kuba pada 4 Januari 1959. Che selanjutnya bukan lagi sebagai warga Argentina, tapi jadi warga negara Kuba yang disahkan oleh Dewan Menteri Kuba pada 9 Januari 1959, dan sekaligus menjadikan "Che" yang dalam bahasa Argentina berarti "Bung" atau "Kawan Baik" sebagai nama depannya.
Che akhirnya menemui ajalnya dalam sebuah pertempuran di Bolivia, setelah sebelumnya dia mencurahkan perhatiannya untuk kemajuan Kuba dengan menjabat sebagai Direktur Bank Nasional, Ketua Departemen Perindustrian, selain tentunya menjadi delegasi Kuba dalam berbagai forum internasional.
Menjamu Bung Karno saat kunjungan kenegaraan RI ke Kuba |
Pada tanggal 12 Juli 1997 jenazahnya dikuburkan kembali dengan upacara kemiliteran di Santa Clara, di provinsi Las Villas, di mana Guevara mengalami kemenangan dalam pertempuran ketika revolusi Kuba.
Che menjadi legenda. Ia dikenang karena keganasannya, penampilannya yang romantis, gayanya yang menarik, sikapnya yang tak kenal kompromi dan penolakan atas penghormatan berlebihan atas semua reformasi murni dan pengabdiannya untuk kekejaman dan sikapnya yang flamboyan. Ia juga idola para pejuang revolusi dan bahkan kaum muda generasi tahun 1960-1970 atas tindakan revolusi yang berani yang tampak oleh jutaan orang muda sebagai satu-satunya harapan dalam perombakan lingkup borjuis kapitalisme, industri dan komunisme.
Berbagai tokoh sastra, musik dan seni telah mempersembahkan komposisinya kepada Che Guevara. Penyair Chili Pablo Neruda mempersembahkan kepadanya puisi Tristeza en la muerte de un héroe (Kesedihan karena kematian seorang pahlawan) dalam karyanya Fin del mundo (Akhir dunia) pada 1969. Pengarang Uruguay, Mario Benedetti menerbitkan pada 1967 serangkaian puisi yang dipersembahkan kepadanya dengan judul A Ras del Sueño (Pada tingkat impian). Penyanyi Carlos Puebla mempersembahkan sebuah lagu Hasta siempre comandante Che Guevara (Untuk selamanya komandan Che Guevara) dan Los Fabulosos Cadillacs, Gallo Rojo (Ayam jantan merah), yang muncul dalam album El León (Singa) pada 1991.
Di kutip dari berbagai sumber.
Sign up here with your email