Chairil Anwar berguru nyolong

Perihal colong-menyolong buku, ada dua orang yang jadi rajanya. Pertama adalah Chairil Anwar. Kedua Muhammad Yamin. Haus akan bacaan, Chairil tak pernah ragu mencuri buku milik siapa saja. Yang jadi langganannya adalah sebuah toko milik orang Belanda. Siasatnya sungguh jitu: ia memacari salah seorang penjaga toko tersebut, sehingga pengawasan tak terlalu ketat. Kadang ia merobek diam-diam halaman-halaman buku dari toko tersebut, atau buku milik kawannya.
Muhammad Yamin pun punya kebiasaan serupa. Ia tak pernah melewatkan sedikit pun kesempatan untuk menilep buku milik siapa saja.

Suatu hari "raja" yang bernama Chairil Anwar mengundang "raja" yang lain, Muhammad Yamin, datang ke rumahnya. Dia letakkan sebuah buku di atas meja dan ia pura-pura tidak tahu apa yang bakal dilakukan oleh Yamin. Tentu saja Yamin tidak menyia-nyiakan sebuah buku tergeletak begitu saja di atas meja.
"Chairil bukannya tidak tahu bukunya dicolong Yamin," kata Nursjamsu, salah seorang penulis kawan dekat Chairil, sebagaimana dikutip majalah Sarinah, Mei 1986.
"Dia pernah bilang sama saya bahwa dia ingin tahu bagaimana caranya Yamin nyolong buku."
Karena itu tak apalah mengorbankan sebuah buku demi menimba ilmu.

Sumber: majalah Sarinah, Mei 1986.
Dari kliping artikelnya di Pusat Dokumentasi Sastra HB Jassin, Kompleks Taman Ismail Marzuki (TIM), Jalan Cikini, Jakarta.
Previous
Next Post »