Indonesia di bawah kepemimpinan Presiden Soekarno memainkan peranan penting dalam kancah perang dingin antara blok Barat yang dipimpin AS dan blok Timur yang terdiri dari negara-negara sosialis. Kepemimpinan Indonesia terlihat dalam menggalang kekuatan internasional dalam Konferensi Asia-Afrika dan Gerakan Non-Blok maupun NEFO (New Emerging Forces) sebagai garis politiknya untuk menghadapi imperialisme dengan OLDEFO.
Hal tersebut tentu menjadi sinyal bahaya bagi blok barat maupun blok timur, sebab itulah pada masa itu intelijen-intelijen dari kedua kubu blok begitu ofensif di tanah air baik dalam mengorek informasi militer ataupun sekedar saling menanamkan pengaruh.
Dan jelaslah bahwa fakta yang menyatakan keterlibatan agen-agen asing didalam pergolakan NKRI adalah fakta sejarah yang tak terelakkan dalam berdirinya Republik ini. Tentunya dengan adanya bukti-bukti yang pernah terungkap, contohnya Dokumen Gilchrist.
Dokumen Gilchrist (Gilchrist document) adalah sebuah dokumen yang dahulu banyak dikutip surat khabar pada era tahun 1965 yang sering digunakan untuk mendukung argumen untuk keterlibatan blok Barat dalam penggulingan Soekarno di Indonesia.
Namun ada dugaan bahwa dokumen tersebut kemungkinan besar palsu atau sebenarnya tidak ada, walaupun dinyatakan ada bukti-bukti terkait, antara lain adalah adanya keterlibatan agen rahasia Cekoswakia di balik dokumen tersebut.
Dokumen ini konon sebenarnya berasal dari sebuah telegram dari Duta Besar Inggris di Jakarta yang bernama Andrew Gilchrist yang ditujukan kepada Kantor Kementerian Luar Negeri Inggris. telegram ini mengacu pada rencana gabungan intervensi militer AS-Inggris di Indonesia.
Pertama kali keberadaan dokumen ini diumumkan oleh Soebandrio, Menteri Luar Negeri Indonesia masa itu sewaktu dalam perjalanannya ke Kairo, Mesir, setibanya di Kairo, Kedutaan AS berusaha agar mendapatkan foto salinan dokumen tersebut dan Kedutaan AS di Kairo menyimpulkan bahwa dokumen tersebut dinyatakan sebagai palsu, dan "Dokumen Gilchrist" kemudian disebut sebagai sebuah pemalsuan dalam pemerintahan AS. Diskusi internal di administrasi AS yang mengikuti di balik pemalsuan tersebut dan saat itu Soebandrio merangkap jabatan sebagai kepala Biro Pusat Intelijen (BPI), yang membawahkan kesatuan intel di tiga angkatan, kepolisian negara, kejaksaan serta intelijen Hankam.
Kemudian hari, beberapa agen rahasia Ceko antara lain yang bernama Vladislav Bittman yang membelot pada tahun 1968 menyatakan bahwa biro agensinya yang melakukan memalsukan dokumen.
Dan Bittman mengaku ikut bertanggung jawab untuk kampanye terhadap warga negara Amerika Serikat dan distributor film AS di Indonesia yang dekat dengan Soekarno yakni Bill Palmer.
Teks dari dokumen
Bahasa asli
I discussed with the American Ambassador the questions set out in your No.:67786/65. The Ambassador agreed in principal with our position but asked for time to investigate certain aspects of the matter.
To my question on the possible influence of Bunker's visit, to Jakarta, the Ambassador state [sic] that he saw no reason for changing our joint plans. On the contrary, the visit of the US. President's personal envoy would give us more time to prepare the operation the utmost detail [sic]. The Ambassador felt that further measures were necessary to bring our efforts into closer alignment. In this connection, he said that it would be useful to impress again on our local army friends that extreme care discipline [sic] and coordination of action were essential for the success of our enterprise.
I promised to take all necessary measures. I will report my own views personally in due course.
GILCHRIST
Alih bahasa
Saya mendiskusikan dengan Duta Besar Amerika Serikat tentang pertanyaan yang tertera pada No: 67786/65. Pada dasarnya Duta Besar setuju dengan posisi kita, tetapi meminta waktu untuk menyelidiki aspek-aspek tertentu dari masalah ini.
Menjawab pertanyaan saya tentang kemungkinan pengaruh kunjungan Bunker ke Jakarta, Duta Besar tidak melihat alasan untuk mengubah rencana bersama kita. Sebaliknya, kunjungan utusan pribadi Presiden Amerika Serikat akan memberi kita lebih banyak waktu untuk mempersiapkan operasi yang sangat detail. Duta Besar merasa bahwa diperlukan langkah-langkah lebih lanjut untuk membawa usaha kita menjadi lebih selaras. Dalam hubungan ini, ia mengatakan bahwa akan berguna [bagi kita] untuk memberitahukan lagi kepada sahabat tentara lokal kita bahwa disiplin dan koordinasi tindakan sangat penting bagi keberhasilan rencana kita.
Saya berjanji untuk mengambil semua langkah yang diperlukan. Saya akan melaporkan pandangan pribadi saya pada waktunya nanti.
GILCHRIST
Kutipan ini adalah isi dari surat Dubes Andrew Gilchrist yang di tujukan kepada Kementrian Luar Negri Inggris, terkait rencana intervensi gabungan Inggris-AS terhadap Indonesia.
Kumpulan surat-surat dari duta besar Inggris Sir Andrew Gilchrist masih berada pada arsip Churchill di Churchill College, Cambridge University. Beberapa dari dokumen tersebut masih tersimpan dalam status diklasifikasikan sebagai rahasia.
Dengan demikian spekulasi tentang kemungkinan Inggris berperan dalam penggulingan Soekarno masih terus berlanjut, meskipun Denis Healey, Sekretaris pada Kementerian Pertahanan Inggris pada tahun 1965 menyatakan pada tahun 2000 bahwa Inggris tidak terlibat akan tetapi Healey secara pribadi tidak menampik adanya kemungkinan keterlibatan itu.
Amelia Yani
Fakta lain, pada tahun 2002 (sebagaimana dikutip dari www.gatra.com 29 Agustus 2002), Amelia Yani (53), anak ketiga Pahlawan Revolusi Jenderal TNI Achmad Yani, di Jakarta, meluncurkan bukunya yang berjudul “Sepenggal Cerita Dari Dusun Bawuk” yang mengungkap sumber "Dokumen Gilchrist", dokumen yang menyebut adanya Dewan Djenderal di tubuh TNI AD sebelum terjadinya Peristiwa G30S/PKI.
Peluncuran buku tsb dihadiri anak dan cucu almarhum A. Yani, serta kerabat pahlawan revolusi lainnya. Turut hadir juga Mantan Menhankam Jenderal TNI (Purn) Benny Moerdani.
Peluncuran buku setebal 587 halaman itu diselingi dengan bedah buku yang menghadirkan wartawan senior Aristides Kattopo, Dosen sastra UI Riris Sarumpaet dan psikolog Nani, salah satu kerabat dekat Pahlawan Revolusi.
Bagian pertama mengungkap kisah keluarga itu setelah Achmad Yani tiada. Mungkin sedikit melenceng dari topic Dokumen Gilchrist, tapi mungkin sedikit perlu kita ketahui bagaimana kisah hidup salah satu keluarga para jenderal sesudah tragedy tersebut.
Buku itu juga mengungkap kisah hidup Amelia Yani sejak anak-anak hingga saat ini. Dalam salah satu bagian mengenai masa anak-anak, Amelia Yani mengungkapkan peristiwa pembunuhan terhadap ayahnya pada 30 September 1965.
Bahkan peristiwa itu menjadi prolog buku dengan judul bab "Jumat Legi Yang Mengubah Jalan Sejarah".
Sepeninggal Jenderal Achmad Yani yang menjabat Menteri/Panglima AD, keluarga dengan delapan anak, istri almarhum A Yani, Yayuk Ruliyah Sutodiwiryo, mengarungi hari-hari yang kelam seperti kapal tanpa nakhoda.
"Tidak seorang pun mengetahui bagaimana perjuangan hidup keluarga itu sepeninggal Yani. "Pada suatu hari aku melihat ibu sedang menghitung uang kecil yang kondisinya kumal, berlipat-lipat dan berjubel di dalam dompet," kata Amelia Yani.
Akhirnya Ibu berterus terang telah berjualan minyak tanah eceran. Kemudian usaha itu ditingkatkan dengan menjual gula, beras dan jenis sembako lainnya.
"Pada suatu hari aku menangis ketika menerima uang pensiun Rp150.000. Bu, kok cuma segini," kata Amelia kepada Ibunya waktu itu. Anak-anak Yani kemudian sadar dan memahami bila Ibunya harus berjualan beras atau minyak tanah karena uang pensiun kecil.
Kesahajaan itu membuat keluarga bertahan hidup. Bahkan Amelia kemudian sekolah di Inggris. Sekembalinya dari Inggris, ia bekerja di Deplu yang ketika itu dipimpin Adam Malik. Amelia kemudian dipindah ke New York (AS) untuk menjadi staf di Kantor PBB dari unsur pemerintah Indonesia.
Di New York, ia bertemu Stephen Mitchell (Dimas), yang juga bekerja di Deplu bagian sandi di Kantor New York. Mereka kemudian menikah, tapi perkawinannya kandas.
Amelia pernah bekerja selama 14 tahun di UNDP Jakarta. Persoalan rumah tangganya yang kacau menyebabkan hidupnya di tepi jurang kehancuran. Setelah keluar dari UNDP, ia menjadi petani di Dusun Bawuk, 10 kilometer arah utara Sleman Yogyakarta sejak tahun 1989.
Di dusun di atas Bukit Menoreh itu, Amelia Yani mengelola tanaman salak dan sutera serta mengembangkan peternakan kambing. Amelia pernah menjadi Direktur PT Sarana Yogya Ventura dan sekarang menjadi Ketua Koperasi Tirta Yani Utama.
Di tengah kesibukannya, Amelia Yani masih sempat menulis buku. Buku "Sepenggal Cerita Dari Dusun Bawuk" bukan buku pertamanya. Ia juga menerbitkan "Profil Seorang Prajurit TNI" dan "Pertumbuhan Pesat Ekonomi Pedesaan, Pengalaman Indonesia di Pedesaan Pulau Jawa" yang merupakan disertasi untuk program doctoral degree.
Dalam satu bagian buku Sepenggal Cerita Dari Dusun Bawuk itulah, Amelia, yang ketika peristiwa 30 September 1965 baru berumur 16 tahun, mengungkapkan asal-usul "Dokumen Gilchrist".
"Di tengah situasi politik, sosial dan ekonomi yang panas dan kacau balau muncul sebuah dokumen yang kemudian dikenal sebagai `Dokumen Gilchrist`," kata Amelia.
Bagian cerita itu dituturkan oleh Jenderal AH Nasution kepada Amelia ketika Amelia melakukan wawancara dengan Nasution untuk naskah buku tentang Achmad Yani.
Menurut Amelia, isi dokumen yang muncul pada Mei 1965 itu sangat memojokkan TNI AD. Di situ ditulis seolah-olah dalam tubuh TNI AD ada suatu Dewan Djenderal yang kegiatannya melakukan penilaian atas kebijakan-kebijakan yang diambil Presiden Soekarno.
"Sudah tentu Bung Karno sangat marah lalu memanggil Bapak (Achmad Yani), Waperdam Soebandrio, KSAB Jenderal AH Nasution dan KSAL Laksamana Martadinata ke Istana. Pada waktu itulah fotokopi dokumen tersebut dibagi-bagikan," kata Amelia.
Mengenai sumber dokumen itu --dimana berbagai kalangan masih belum memperoleh kejelasan-- Amelia Yani mengungkapkannya. "Padahal sebenarnya dokumen itu ciptaan atau rekayasa Badan Pusat Intelijen Indonesia (BPI) yang ketika itu dipimpin oleh Dr Soebandrio," kata Amelia.
Amelia mengatakan, bahwa Soebandrio mengambilalih BPI, hal itu merupakan suatu kejanggalan karena seharusnya BPI berada di bawah Hankam. Di bulan-bulan setelah ditemukannya "Dokumen Gilchrist" Achmad Yani menjadi lebih sibuk mengadakan pertemuan dan rapat di kalangan TNI AD. Pertemuan itu sering dilakukan di rumahnya dengan alasan keamanan.
Menurut Subandrio dalam bukunya
"Hampir bersamaan waktunya dengan isu Dewan Jenderal, muncul Dokumen Gilchrist. Dokumen ini sebenarnya adalah telegram (klasifikasi sangat rahasia) dari Duta Besar Inggris untuk Indonesia di Jakarta Sir Andrew Gilchrist kepada Kementrian Luar Negeri Inggris. Dokumen itu bocor ketika hubungan Indonesia-Inggris sangat tegang akibat konfrontasi Indonesia-Malaysia soal Borneo (sebagian wilayah Kalimantan). Saat itu Malaysia adalah bekas koloni Inggris yang baru merdeka. Inggris membantu Malayia mengirimkan pasukan ke Borneo.
Saya adalah orang yang pertama kali menerima Dokumen Gilchrist. Saya mendapati dokumen itu sudah tergeletak di meja kerja saya. Dokumen sudah dalam keadaan terbuka, mungkin karena sudah dibuka oleh staf saya. Menurut laporan staf, surat itu dikirim oleh seorang kurir yang mengaku bernama Kahar Muzakar, tanpa identitas lain, tanpa alamat. Namun berdasarkan informasi yang saya terima, surat tersebut mulanya tersimpan di rumah Bill Palmer, seorang Amerika yang tinggal di Jakarta dan menjadi distributor film-film Amerika.
Rumah Bill Palmer sering dijadikan bulan-bulanan demonstrasi pemuda dari berbagai golongan. Para pemuda itu menentang peredaran film porno yang diduga diedarkan dari rumah Palmer.
Rumah Bill Palmer sering dijadikan bulan-bulanan demonstrasi pemuda dari berbagai golongan. Para pemuda itu menentang peredaran film porno yang diduga diedarkan dari rumah Palmer.
Isi dokumen itu saya nilai sangat gawat.
Intinya: Andrew Gilchrist melaporkan kepada atasannya di Kemlu Inggris yang mengarah pada dukungan Inggris untuk menggulingkan Presiden Soekarno. Di sana ada pembicaraan Gilchrist dengan seorang kolega Amerikanya tentang persiapan suatu operasi militer di Indonesia. Saya kutip salah satu paragraf yang berbunyi demikian: rencana ini cukup dilakukan bersama 'our local army friends.'
Sungguh gawat. Sebelumnya sudah beredar buku yang berisi rencana Inggris dan AS untuk menyerang Indonesia. Apalagi, pemerintah Inggris tidak pernah melontarkan bantahan, padahal sudah mengetahui bahwa dokumen rahasia itu beredar di Indonesia. Saya selaku kepala BPI mengerahkan intelijen untuk mencek otentisitas dokumen itu. Hasilnya membuat saya yakin bahwa Dokumen Gilchrist itu otentik.
Akhirnya dokumen tersebut saya laporkan secara lengkap kepada Presiden Soekarno. Reaksinya, beliau terkejut. Berkali-kali beliau bertanya keyakinan saya terhadap keaslian dokumen itu. Dan berkali-kali pula saya jawab yakin asli. Lantas beliau memanggil para panglima untuk membahasnya. Dari reaksi Bung Karno saya menyimpulkan bahwa Dokumen Gilchrist tidak saja mencemaskan, tetapi juga membakar. Bung Karno sebagai target operasi seperti merasa terbakar. Namun sebagai negarawan ulung, beliau sama sekali tidak menunjukkan tanda-tanda kecemasan.
Menurut penglihatan saya, tentu Bung Karno cemas. Saya menyimpulkan, Bung Karno sedang terbakar oleh provokasi itu".
Menurut penglihatan saya, tentu Bung Karno cemas. Saya menyimpulkan, Bung Karno sedang terbakar oleh provokasi itu".
Versi Omar Dani
Tetapi pernyataan Marsekal Madya TNI Purn. Omar Dhani, mantan KASAU (1962-1965) yang merupakan salah satu tersangka PKI, membuka sisi lain dari Dokumen Gilchrist.
Dalam wawancaranya dengan Majalah Tempo pada tahun 2001 (6 tahun sesudah ia dibebaskan -ia dibebaskan pada 15 Agustus 1995-) menyatakan :
Tempo : Soal dokumen Gilchrist, sejauh mana otentitasnya?
Omar Dani : "Desas-desus Dewan Jenderal sudah lama kami mendengarnya. Tidak hanya itu, (juga soal) penilaian pers luar negeri (mengenai siapa) yang akan menjadi pengganti Bung Karno. Yang steady itu empat orang. Soebandrio, Chaerul Saleh, Nasution dan DN Aidit. Dewan Jenderal (terdengar) pertama kali ketika Yani menghadap Bung Karno dan ditanyai soal itu. Yani menjelaskan (Dewan Jendral itu) untuk kepangkatan. Waktu itu saya tidak mendengar langsung melainkan dari Pak Mulyono Herlambang yang mewakili saya. Jadi, saat pembahasan Gilchrist tersebut saya tidak ada di tempat".
Tempo : Dalam buku Soebandrio yang tidak jadi beredar, ada soal trio Soeharto-Ali Moertopo-Yoga Soegama yang disebut Dokumen Gilchrist sebagai our local army friends. Bagaimana pendapat Anda?
Omar Dani : "Bahwa G-30-S itu suatu rekayasa, memang begitulah. Menurut saya CIA itu sangat terlibat, dan Harto adalah tangan yang dipakai. G-30 S itu bikinan Harto".
Betapa pun pembelaan atau bantahan terhadap dokumen ini atau pun fakta-fakta yang terkait dengan G30SPKI lainnya, semua itu tetaplah catatan sejarah kelam bangsa ini yang hingga kini tetap menjadi misteri.
Indonesia sudah lama menjadi ladang operasi intelejen dari berbagai negara.
Jaringan yang cukup berpengaruh adalah M-16 dari Inggris dan CIA dari AS di samping intelejen RRC dan KGB-nya Uni Soviet.
Semua jaringan intelejen ini bekerja di bidang pengawasan, pengaruh, pengarahan operasi, sampai pengambil alihan kekuasaan di tahun 1965 dari Presiden Soekarno oleh Soeharto yang dilandasi dengan satu kepentingan yang pembuktiannya hanya bisa dilihat dalam kelanjutan setelah kudeta 1965.
Kelanjutannya adalah pembantaian massal, pelarangan ideologi komunis, Soekarnois dan PKI, dan semua partai maupun organisasi masyarakat yang dekat dengan Soekarno.
Bagaimanapun, kejatuhan Soekarno dari kepemimpinan nasional sebagai presiden pertama RI tetap merupakan misteri sejarah. Namun, rentetan peristiwa setelah kejatuhan Soekarno membuktikan peristiwa tersebut terencana sangat matang dan canggih.
Seperti fakta lain dari sebuah dokumen operasi Intelejen CIA 1964 - 1966 dari Amerika Serikat yang telah dibuka pada publik internasional. Dokumen tersebut telah diterjemahkan dan diterbitkan sebagai salah satu bahan untuk meluruskan sejarah Indonesia yang selama ini terdistorsi kepentingan Orde Baru.
Dokumen CIA tersebut sebelumnya merupakan dokumen rahasia yang berisi sejumlah informasi penting seputar peristiwa pergolakan politik di masa Orde lama.
Dan dokumen ini sendiri menambah panjang daftar intelijen-intelijen asing dan intervensi negaranya terhadap pergolakan politik di tanah air.
Dan dokumen ini sendiri menambah panjang daftar intelijen-intelijen asing dan intervensi negaranya terhadap pergolakan politik di tanah air.
Sumber : Dari berbagai sumber.
Sign up here with your email